Beranda Kutai Timur Tarian Kolosal Cahaya Islam Menggugah Hati, Meriahkan Pembukaan MTQ Kaltim di Bukit...

Tarian Kolosal Cahaya Islam Menggugah Hati, Meriahkan Pembukaan MTQ Kaltim di Bukit Pelangi

87 views
0

Penampilan para penari dalam Tarian Kolosal Cahaya Islam. Foto : Irfan/Prokutim


SANGATTA- Tari Kolosal Cahaya Islam membuka MTQ XLV Kaltim di KutIM dengan pesan spiritual, koreografi agung, dan narasi budaya yang menyatukan sejarah dan harapan. Langit malam Sangatta, Minggu (13/7/2025), bukan hanya diterangi cahaya lampu panggung dan sorotan lensa media. Di Alun-alun Bukit Pelangi, cahaya itu muncul dari tubuh-tubuh yang menari, dari musik yang mengalun, dari pesan-pesan yang menggetarkan hati. Cahaya yang datang dari iman, sejarah, dan harapan masa depan. Itulah yang ditampilkan dalam Tari Kolosal “Cahaya Islam”. Pertunjukan pembuka Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) XLV tingkat Provinsi Kaltim yang digelar di Kabupaten Kutim.

Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan pembuka, melainkan sebuah karya budaya yang menggali kembali akar dakwah Islam di tanah Kutai. Memadukannya dengan narasi kebangsaan, dan merajutnya dalam gerak kolektif ratusan penari. Karya yang digarap oleh koreografer Baharuddin dan komponis Zulkifli ini tampil nyaris tanpa cela. Gerakan yang padu, musik yang menggugah, dan busana yang memesona.

“Ini adalah penghormatan bagi warisan spiritual dan budaya kami,” kata Baharuddin kepada Pro Kutim, di sela riuhnya malam pembukaan MTQ. “Kami ingin mempersembahkan pertunjukan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan menginspirasi,” tambahnya.

Karya kolosal ini membawa penonton dalam perjalanan sejarah dakwah Islam di Bumi Etam. Dimulai dari kedatangan para ulama penyebar agama, penguatan nilai-nilai persatuan umat, hingga peran Islam dalam kehidupan sosial masyarakat Kutai hari ini. Tarian tidak hanya berbicara tentang masa lalu, tetapi juga menandai arah masa depan, bahwa budaya dan agama bisa saling menguatkan dalam iklim yang damai dan beradab.

Musik yang mengiringi gerakan para penari lahir dari perenungan mendalam sang komponis, Zulkifli. Ia menciptakan komposisi berdasarkan nuansa spiritual dari lantunan ayat suci Al-Qur’an dan syair-syair Islam.

“Saya ingin musik ini tidak hanya mengiringi, tapi juga meresap ke dalam hati penonton,” ujarnya, mewakili suara yang tak terdengar namun terasa di dada siapa pun yang menyaksikan malam itu.

Dalam penampilan berdurasi lebih dari dua puluh menit itu, audiens tak sekadar melihat pertunjukan, tapi juga merasakan kisah. Busana tradisional dari berbagai etnis di Kutim, Jawa, Bugis, Kutai, Dayak, hingga Banjar, diangkat menjadi simbol keberagaman yang menyatu dalam naungan cahaya Islam. Setiap gerak adalah lambang, setiap irama adalah pesan. Ada kebersamaan yang dibangun dari narasi kolektif, dan itulah yang menjadi inti dari Tari Kolosal Cahaya Islam.

Pembukaan MTQ kali ini terasa berbeda. Tidak hanya dari sisi artistik, tapi dari cara ia menyentuh emosi dan menyampaikan nilai. Ini adalah strategi budaya yang dirancang untuk memperkuat identitas daerah, merawat spiritualitas, dan merayakan keberagaman. Pemkab Kutim tampak memahami bahwa momentum MTQ bukan semata kompetisi tilawah, tetapi juga ruang afirmasi nilai-nilai luhur dalam format yang lebih inklusif.

Apresiasi pun datang dari berbagai pihak. Ribuan penonton yang memadati area Alun-alun Bukit Pelangi tidak hanya terpukau oleh pertunjukan, tapi juga larut dalam kesyahduan. Sorak tepuk tangan di akhir pertunjukan bukan hanya ungkapan hiburan, melainkan penghormatan terhadap kerja kolektif seniman, panitia, dan masyarakat yang menyukseskan perhelatan ini.

MTQ XLV Kaltim di Kutim baru saja dimulai, namun pesan yang telah disampaikan lewat pertunjukan pembukaan ini sudah jauh menjangkau, bahwa cahaya Islam bukan hanya milik masa lalu, tetapi sedang dan akan terus menyala. Menuntun masyarakat menuju peradaban yang damai, beriman, dan berbudaya. (kopi13/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini