Foto: Bella/ Pro Kutim
SANGATTA – Mereka bukan sekadar mahasiswa. Mereka adalah calon pemimpin masa depan yang siap menguji idealisme dan ilmu dalam kenyataan. Senin (28/7/2025) pagi, halaman Kantor Bupati Kutai Timur (Kutim) menjadi saksi saat 58 mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Kutim dilepas secara resmi untuk menjalankan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 45 hari.
Dua kecamatan menjadi tempat pengabdian mereka, yakni Karangan dan Kaliorang. Bukan lokasi sembarangan. Kedua wilayah ini menyimpan potensi sekaligus tantangan dalam sektor pertanian, lingkungan hidup, dan penguatan desa. Di situlah para mahasiswa STIPER akan menguji kompetensi, membumikan teori, dan merajut kedekatan sosial dalam kehidupan masyarakat.

Prosesi pelepasan ditandai dengan penyematan jaket almamater oleh Asisten Pemkesra Seskab Kutim Setkab Kutim Poniso Suryo Renggono mewalili Bupati.
Dalam pidatonya yang sarat motivasi, ia menekankan pentingnya karakter dan integritas dalam menjalankan pengabdian.
“Berpikirlah positif, bertindaklah positif, maka hasilnya pun akan positif. Apa yang kita tampilkan dari perilaku dan perkataan akan mencerminkan kualitas diri serta kesiapan untuk memimpin di masa depan,” ujar Poniso di hadapan mahasiswa dan dosen STIPER.

Ketua STIPER Kutim Ismail Fahmi Almadi, juga menyampaikan harapannya agar mahasiswa mampu menjadi agen perubahan. Tidak hanya menjalankan kewajiban akademik, melainkan membangun relasi emosional dan menyumbangkan gagasan serta aksi nyata bagi masyarakat.
“Kehadiran mereka di desa bukan hanya sekadar menjalankan kewajiban akademik, tetapi juga membangun hubungan emosional serta memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat setempat,” ungkap Ismail.

Sebelum diberangkatkan, para peserta telah mengikuti pembekalan selama tiga hari di kampus STIPER yang berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta, Sangatta. Mereka dilatih menghadapi realitas sosial, menyusun program kerja, memahami pendekatan partisipatif, dan menjaga etika dalam berinteraksi di komunitas desa.
Program KKN akan berlangsung sejak 29 Juli hingga 10 September 2025. Di masa itu, mereka akan terlibat dalam pelatihan pertanian berkelanjutan, edukasi lingkungan, pemberdayaan UMKM, hingga penguatan kelembagaan desa. Tidak sekadar tinggal, tetapi benar-benar menjadi bagian dari kehidupan warga.

Pemkab Kutim menyatakan dukungan penuh atas program ini. Pemerintah berharap kehadiran mahasiswa bukan hanya membawa semangat akademik, tetapi juga solusi konkret atas berbagai tantangan lokal.
KKN bukan lagi semata rutinitas tahunan, melainkan jembatan antara kampus dan desa, antara ilmu dan kebutuhan nyata masyarakat. Di tengah isu-isu global dan tantangan pembangunan lokal, kehadiran mahasiswa STIPER menjadi bagian penting dari investasi sosial, menyemai pemimpin masa depan yang berakar pada kenyataan.
“Atas nama Pemkab Kutim, kami mengucapkan selamat mengabdi kepada seluruh mahasiswa STIPER. Semoga setiap langkah, ilmu, dan tenaga yang kalian curahkan menjadi bagian dari pembangunan daerah,” tutup Poniso.
Di ladang-ladang dan ruang-ruang diskusi warga, para mahasiswa itu akan meninggalkan jejak. Bukan hanya catatan akademik, melainkan kisah tentang kepedulian, komitmen, dan kontribusi nyata untuk Kutim. Sebuah perjalanan lintas ruang dan kesadaran, dari kampus ke desa, dari teori ke pengabdian. (kopi12/kopi4/kopi3)